Jasminum Sambac, dan Harum Memori

Kemunculanya membuat degub jantung terpacu lebih kencang, mulut yang fasih berdialektika hingga menghina, saat itu tidak akan mampu lagi terbuka dan bersuara. Kau hanya akan diam terpana, dengan mata berbinar kelabu. Beribu teori ilmiah lenyap tak berbekas, dan hanya satu yang akan kau ingat, namun masih belum mampu kau lakukan jua. Lari.

Larilah jika kau mampu, sebab dihadapanmu berdiri seseorang nan cantik jelita dengan tatapan tajam namun teduh sedang menatapmu sambil memakan beberapa bunga. Jasminum Sambac, adalah cemilan kesukaan wanita itu. Jika kau melihatnya, hal yang hanya ada dikepalmu adalah kematian, sedang kau tak bisa lari menghindar.
Soir, 1897. Foto : The art stack

__________________________________

Jasminum sambac, atau melati putih, dalam masyarakat jawa, dikenal sebagai icon tanaman mistis, terlebih ketika seorang yang juga menjadi icon dunia mistis, yaitu Suzzana, gemar nyemil bunga yang satu ini.


Selain mistis, dalam masyarakat Jawa, Jasminum sambac dikenal sebagai perlambangan kesucian sehingga sering digunakan dalam acara yang sakral, seperti pernikahan dan acara-acara keraton. Hari ini, selain Suzzana. Hobi nyemil Jasminum sambac, juga sudah dipraktekan oleh banyak masyarakat, namun dengan cara meminumya melalui minuman kemasan semacam teh cucus harum.
__________________________________
Lalu darimanakah konsep mistisme itu hadir dan dinisbatkan kepada orang atau benda-benda tertentu?

Mistisme merupakan serangkaian gagasan, pengalaman psikologis ataupun intelektual. Dengan mengesampingkan -- untuk sementara, bermacam bentuk pengalaman mistik dalam berbagai Agama, budaya, serta periode dalam sejarahnya yang panjang, terdapat paling tidak satu benang merah yang dengannya semua pengalaman mistik saling terkait. Benang merah tersebut adalah 'konsep uniter'.[1]

Perlu digaris bawahi, bahwa pembahasan ini bukan merupakan pembahasan komparatif mengenai pengalaman mistik seseorang, melainkan dalam sudut pandang epistemologi kesadaran mistik -- yaitu kesadaran uniter dan kesahihannya.

Pada umumnya, pengalaman mistis seseorang memiliki berbagai tema yang itu-itu saja. Berangkat dari hal tersebut, para filosof modern seperti William James,[2] R.M. Bucke[3] dan W.T. Stace,[4] menyimpulkan bahwa, dalam pengalaman mistis terdapat keseragaman dan keteraturan, yang karenanya tidak dapat dibenarkan jika mistisme diperlakukan sebagai halusinasi, namun bersifat subjektif.

Seperti halnya harum memori dan kenangan sang mantan yang mampu menghilangkan atau bahkan memunculkan semangat yang menggebu. Sikap yang terwujud kedalam realitas akibat hal mistis seperti kenangan sang mantan -- misalnya, memiliki keseragaman, pola yang teratur. Hingga pada titik ekstrim, hal mistis semacam memori mantan tersebut dinisbatkan kepada objeknya, yaitu si mantan yang akhirnya menjadi makhluk mistis yang mewujud. 

Adapun definisi yang diberikan oleh konsep Agama -- Agama apapun itu, pasti memahami kepercayaan kepada sesuatu kekuatan yang Maha, atapun Sang kehendak mutlak, sebagai kepedulian tertinggi. Iman terhadap hal tersebut, juga merupakan pengalaman mistis dengan konsep yang hampir sama pada setiap ajarannya.
Foto : Novinky
Keimanan ataupun kepercayaan tersebut, merupakan hipotesis singkat atas Agama. Berdasar pada pemahaman ini, begitu kita menerima proposisi di atas, bahwa  pernyataan 'percaya kepada kekuatan yang Maha', maka menyiratkan pernyataan 'mengetahui Tuhan'. Teori Agama dan keimanan dengan sendirinya akan masuk kedalam kerangka hubungan subjek-objek yang sama, hingga menjadi ciri khas semua metode pengetahuan dengan korespondensi.

Akan tetapi, bila kita tidak mengidentikan fenomena iman dengan fenomena pengetahuan biasa, maka kita harus membuka kran argumen lain, dengan mempersoalkan apakah fenomena Iman bersifat mistik, dan apakah mistisme dengan sendirinya bersifat religius, ataukan keduanya saling independen? (kapan-kapan soal ini kita bahas, mudah-mudahan).

Mistisme merupakan pendekatan lain kesadaran manusia terhadap realitas dunia. Mistisisme seluruhnya dicirikan oleh kesadaran teratur mengenai dunia realitas. Ia menghadirkan sesuatu di hadapan kita sebagai kebenaran di dunia ini. Oleh sebab itu, adalah sah jika menyebut mistisisme merupakan satu bentuk pengetahuan, selain itu juga telah banyak filosof sepakat bahwa mistisisme adalah suatu kesadaran manusia yang bercorak noetic.[5]

Mistisisme adalah salah satu bentuk ilmu hudhuri, sebab, jika telah terbukti bersifat nonfenomenal, maka tak ada sesuatupun yang bisa mengakomodasi mistisisme kecuali bentuk pengetahuan hudhuri.Meski demikian, harus diakui kenyataan bahwa, merupakan kekurangan intelektual yang substansial jika kita tidak bisa menspesifikasikan dengan penjelasan yang bisa dipahami, pengertian kehadiran apa yang mungkin dimiliki oleh kesadaran mistik. 

Kehadiran mistik adalah kehadiran dengan 'penyerapan', yang merupakan sifat esensial pemahaman mistik. Penyerapan yang merupakan gagasan derivatif dari “emanasi”.

Maka begitulah kira-kira bagaimana Jasminum sambac memunculkan harum memori mantan sehingga perlu bagi Suzzana untuk mencemilinya.


Sumber :  

_____________________________________
  1. Yang dimaksud mengenai kesadaran uniter bukanlah persatuan dan keidentikan yang spesifik. Seperti misal kesatuan dengan yang Esa dan bersifat personal, atau juga persatuan dengan yang Esa secara universal. Kesadaran uniter lebih kepada keidentikan rasional dimana tidak ada kemajemukan dalam bentuk apapun.
  2. William James, “Mysticism”, dalam The Varietes of Religious Experience, hlm. 370-420.
  3. R.M. Bucke, Cosmic Consciousness, hlm. 12.
  4. W. T. Stace, Mysticism and Philosophy, hlm. 146-52.
  5. noetic sama halnya dengan inner knowing atau kesadaran dari dalam, atau disebut juga kesadaran intuitif yang memiliki akses langsung terhadap dunia nyata, namun melampaui indra dalam penangkapan konsep pengetahuan.

Subscribe untuk mendapatkan update terbaru dari kami:

0 Response to "Jasminum Sambac, dan Harum Memori"

Posting Komentar