Miss Sloane, Lobi, Seni Bujuk Rayu dan Memaksa

Melobi adalah tentang melihat kedepan, memperkirakan pergerakan lawan dan mengantisipasinya. Langkah seorang pemenang berada di depan lawannya, mengeluarkan kartu andalan setelah kartu andalan mereka. Pastikan Kau mengejutkan mereka, namun mereka tidak mengejutkanmu.
-Elizabeth Sloane-

Sepenggal kalimat di atas, adalah dialog Miss Sloane ketika ditanyai oleh pengacaranya. Membaca kalimat tersebut menginformasikan kepada kita mengenai tekhnik dalam melobi, Windscutle menerangkan bahwa melobi, dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan, tergantung pada sasaran yang dituju.
Jessica Chastain in Miss Sloane, Sumber: inews
Windsculte membagi lobi kedalam 3 jenis[1]. Pertama adalah lobi tradisonal, yang biasanya memanfaatkan figur publik, orang-orang terkenal, atau mantan pejabat untuk mendekati kelompok-kelompok kepentingan agar tujuan organisasi/lembaga bisnis dapat tercapai. Kedua, lobi akar rumput (Grassroot Lobbying) yang bertujuan mempengaruhi para pengambil keputusan secara langsung. Para pelobi justru mempengaruhi masyarakat dan nantinya masyarakat akan menyatakan pendapat, sehingga keputusan yang diambil pemerintah sesuai dengan keinginan para pelobi itu seolah-olah merupakan aspirasi masyarakat. Kemudia yang ketiga adalah lobi Political Action Committee, merupakan komite yang dibentuk perusahaan-perusahaan besar dengan maksud menempatkan calonnya di lembaga legislatif atau di eksekutif sehingga keputusan yang diambil tidak merugikan perusahaan yang terhubung dalam komite tersebut.

Film ini bercerita tentang seorang wanita bernama Miss Elizabeth Sloane, Ia adalah sosok yang menarik, pintar, cerdas, dan kharismatik. Namun demikian, Miss Sloane memiliki karakter yang angkuh. Hal tersebut dapat dimaklum, sebab Ia adalah seorang pelobi yang ulung, dengan prinsip Machiavellian yang dipegang teguh.

Miss Sloane merupakan pelobi andalan George Dupont atasannya di tempat Ia bekerja. sebagai orang dengan sosok yang sangat ambisius, Ia selalu dipercaya dapat menunaikan misi yang ditugaskan padanya sampai selesai dengan baik. Hingga akhirnya Ia diminta untuk melobi Undang-undang kebijakan pemakaian senjata api untuk perempuan, dan Ia menolak hal tersebut. kemudian memilih untuk bergabung dengan firma saingan mantan bosnya itu, yang memiliki agenda bersebrangan.

Sebelum Miss sloane berpindah kerja, Ia merekrut hampir semua kru yang memiliki loyalitas terhadap dirinya, terkecuali orang kepercayaannya sendiri, yaitu Jane Molloy. Namun demikian, Miss Sloane mendapat pengganti Jane, yaitu. Esme Manucharian, yang memiliki latar belakang penyalahgunaan senjata api pada masa kecil. Mengetahui hal itu, Miss Sloane memanfaatkan sebagai icon dalam kampanye yang Ia buat untuk melawan kebijakan Undang-undang pemakaian senjata api terhadap perempuan. Karena Ia adalah sosok yang sangat ambisius, maka bagi Miss Sloane, apapun yang menghalangi jalannya. Ia akan menyingkirkan dengan cara apapun termasuk menjerat mantan koleganya dengan kasus korupsi.
Foto : Fanart.tv
Jane Molloy, orang kepercayaan Miss Sloane. Sebetulnya tidak benar-benar berkhianat. Dengan drama perseteruan antar mereka, Miss Sloane berhasil meyakinkan mantan atasannya George Dupont, bahwa Ia benar-benar berseteru dengan Jane Molloy, hingga pada akhirnya Jane menjadi pimpinan tim lobi menggantikan Miss Sloane, juga sekaligus menjadi Intelejen dan memberi informasi untuk Miss Sloane sendiri.

Cerita diatas senada dengan apa yang diterangkan oleh Heri Wibowo[2], bahwa seseorang perlu menempatkat posisi di pihak oposisi dan mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan, apakah penggunaan lobi sudah tepat untuk mengatasi maslah atau belum, serta bagaimana melakukan lobi dengan baik

Kembali ke film, sebagai pelobi perempuan, Miss Sloane dibebani dengan banyak ekspektasi. Misalnya menjadi lebih feminin atau maternal. Kualitas tersebut merupakan hal yang tidak begitu mudah ditemukan dalam atribut Miss Sloane.

Secara denotasi, Miss Sloane merupakan film konvensional yang memiliki pendekatan cerita konvensional pula. Untungnya film ini diberkahi dengan karakter utama yang tidak konvensional. Minimal tidak dalam persepsi tradisional patriarkis. Secara  konotasi, Miss Sloane tidak secara utuh menampilkan hal mengenai politik secara harafiah (korupsi, intrik, konspirasi, dan hal semacanya), tetapi lebih mengenai bagaimana perempuan cerdas dan terdukasi yang diposisikan sebagai ancaman lawan-lawannya.

Sumber :

___________________________________

  1. https://sites.google.com/site/kuliahkomunikasibisni/halaman-2, diakses pada tanggal 3 februari 2018.
  2. Wibowo, Heri. 2007. Fortune Favors The Ready: Keberuntungan Berpihak Kepada Orang-orang yang Siap. Bandung: Oase Writers Management.



Subscribe untuk mendapatkan update terbaru dari kami:

0 Response to "Miss Sloane, Lobi, Seni Bujuk Rayu dan Memaksa"

Posting Komentar