Rindu Para Pembual

“Jangan rindu, ini berat. Kau tak akan kuat, Biar Aku saja”
-Dilan-

Kamaya, adalah seorang wanita dengan paras sangat cantik, pintar, anggun dan menawan hati siapa saja orang yang memandangnya. Kamaya lebih memilih untuk hidup bersama Devan, lelaki yang biasa saja dalam segala hal. Tidak seperti laki-laki lain yang dulu pernah mendekatinya, mereka lebih tampan, kaya, dengan masa depan yang sangat menjanjikan untuk Kamaya. Namun cinta, menuntunnya kepada Devan.

Kehidupan mereka begitu bahagia diawal pernikahan, seperti pasangan pada umumnya. Pernikahan mereka direstui oleh orang tua mereka masing-masing, namun Kamaya dan Devan sadar, bahwa orang tua Kamaya setengah hati memberi restunya, sebab Devan hanya lelaki dari kalangan biasa.

2 tahun berlalu, ditemani seorang buah hati berumur 1 tahun, Kamaya tingga di sebuah rumah kontrakan kecil yang disewa oleh Devan. Sedang suaminya itu pergi keluar kota untuk bekerja memenuhi kebutuhan istrinya.
Liar, Liar, pantsuit on fire. Sumber: success
Kamaya menangis malam itu, Ia mencurahkan isi hatinya kepada sang suami yang sedang dalam perantauan.
“Mas, uangku hampir habis, mungkin 3-4 hari lagi.”
“Kamaya, besok aku akan kirim uang, namun tidak banyak. Mudah-mudahan dapat bertahan untuk 1 minggu kedepan. Nanti aku kirimkan lagi.” Begitu jawab devan.
Tiba-tiba Kamaya menangis, “Mas, sudah 2 bulan ini kamu tidak pulang menemuiku, dan anakmu. Apakah rindu tidak membelenggumu.”
“Sabar Kamaya, tangisanmu akan aku bayar tunai dipertemuan kita nanti. Rindumu mengikatku sangat erat.”
“Sebaiknya kamu tepati janjimu itu. Aku wanita biasa, Aku butuh buaianmu, Aku butuh pelukmu, Aku rindu belaimu.”

1 minggu setelah itu, Devan tidak dapat memenuhi janjinya untuk pulang. Pekerjaan tidak mengijinkan Ia untuk membelai istri tercintanya. Terbayang wajah kecewa Kamaya dalam benaknya, terbayang tangis Kamaya malam itu. Namun Devan tidak berdaya, dia hanya mampu menenangkan Kamaya dari jauh. Sebagai gantinya, Devan mengirimi Kamaya uang  lebih banyak dari biasanya.
Terdengan nada gembira dari mulut Kamaya, membuat rasa bersalah Devan sedikit hilang.

4 bulan, Kamaya ditinggal oleh suaminya. Namun Kamaya selalu sabar untuk menunggu suaminya pulang. Tidak terdengar lagi tangis Kamaya semenjak malam itu. Dan kali ini uang yang diterima dari suaminya, tidak pernah kurang sama sekali. Hingga kemudian, Kamaya mampu untuk kredit sebuah rumah yang cukup besar.

Devan adalah lelaki yang baik, setidaknya saat dia belum memiliki penghasilan sebanyak sekarang ini. Rindu Kamaya yang menjerat hatinya menjadi longgar, Ia menemukan kebahagiaan yang tidak didapat dari Kamaya. Cinta lain menjerat hati lelaki dewasa itu. Kamaya menjadi hanya se-ekor kuda betina yang harus ia jinakkan.

Kamaya begitu mencintainya suaminya, Dia selalu mengirimi ucapan-ucapan kasih sayang dan kerinduan. Sebab, sudah 7 bulan lelakinya itu tidak kunjung datang dalam buaiannya. Hatinya keras, hingga sama sekali tidak dapat dibuka untuk cinta selain Devan.

Semenjak Devan mengenal cinta baru itu, Ia merasa bahwa inilah hidup lelaki sesungguhnya. Pekerjaannya membutakan Ia terhadap cinta suci Kamaya. Devan seperti kerasukan dalam pekerjaannya. Dia selalu ingat perlakuan orang-orang disekitarnya saat mencoba meraih hati bidadari itu, hingga Ia mendapatkan Kamaya. Semua orang menganggap dia sebelah mata. Inilah saatnya untuk Devan membalas mereka.

Hari itu Devan pulang menemui Kamaya, bidadari yang tanpa Ia sadari. Kini hanya menjadi perhiasan kebanggaan yang ia kenakan di atas kepalanya, sekaligus menjadi budak peliharaannya.
Kamaya bahagia, kehangatan yang Ia rindukan kini hadir di depan wajahnya. Lahan tandus kerinduannya kini telah basah disiram air suci cinta sang suami.
Tapi sayangnya, hanya 1 hari Kamaya memiliki suaminya. Devan kembali pergi, kepergian kali ini, adalah yang terakhir, sebab Devan tidak akan pernah kembali pulang.

Semenjak kepergian Devan, kali ini Ia memberikan kebutuhak ekonomi kepada Kamaya dengan jumlah yang sangat pas-pasan. Sudah 4 bulan kebutuhan Kamaya menjadi pas-pasan, Kamaya mulai mengeluh akan kebutuhannya, hingga tangis itu hadir kembali ditelinga Devan.

“Mas, tidakkah kau sadar, 4 bulan sudah kamu tidak kembali kedalam pelukanku. Rindu ini menjeratku begitu keras.” Sambil menangis Kamaya berkata demikian.
Devan mencoba menenangkan bidadarinya itu.
“Kamaya, bersabarlah. Semua orang tahu bahwa kerinduan menghidupkan cinta dalam sanubari kita, dan kerinduan adalah jalan penuh bara api. Yang karena cinta, bara api hanyalah air sejuk yang mengaliri jalan rindu.”
Tangis Kamaya terhenti, Kamaya seperti merasa apa yang diucapkan suaminya hanyalah suatu bualan kosong.
“Aku akan menunggumu mas.”
“Aku juga akan menunggumu Kamaya.”

Ya, Aku akan menunggumu mencintaiku lagi seperti saat cinta tidak mengenal Jabatan, Pangkat, kekuasaan, dan Kekayaan.
Aku akan menunggumu kembali menyambutku dengan cinta tanpa apa-apa.
Aku akan menunggumu kembali dalam hati-hati yang suci.
Aku akan menunggumu kembali dalam lirih cinta abadi.
Aku akan menunggumu kembali.


Sumber:

Subscribe untuk mendapatkan update terbaru dari kami:

0 Response to "Rindu Para Pembual"

Posting Komentar