Avicenna, Abu Ali Sina - Ibnu Sina

Di Barat dikenal dengan nama Avicena, atau yang umumnya kita kenal dengan nama Ibnu Sina. Memiliki nama lengkap Syaikh Abu Ali al-Husain ibn Sina. Ia lahir pada tahun 980 M di Afsyahnah, yaitu daerah dekat Bukhara yang sekarang termasuk kedalam wilayah Uzbekistan. Beliau meninggal pada tahun 1037 di Hamadan Persia, Iran.
Abu Ali Sena, Sumber: koerperprofil
Permulaan bibit-bibit peradaban manusia muncul, salah satunya berasal dari wilayah Persia (sekarang Iran). Selama ribuan tahun, dari wilayah ini dikembangkan wawasan serta kebijaksanaan mengenai berbagai hal dalam pengalaman hidup bermasyarakat. Peradaban Persia memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap berkembangknya peradaban Islam di dunia.

Selain itu, perkembangan sains atau ilmu pengetahuan, juga di dorong oleh orang-orang cerdas dan kreatif seperti Ibnu Sina, al-Farabi, al-Kindi, al-Ghazali, al-Masudi, dan lain-lain. Pada saat itu, sains Islam telah melakukan berbagai investigasi yang mendalam diberbagai bidang seperti, kedokteran, teknologi, matematika, geografi, dan juga sejarah.[1]
Ibnu Sina, Sumber: tirto.id
Ibnu Sina merupakan anak dari seorang Gubernur di Khormithan (Khormithan merupakan bagian dari wilayah Bukhara). Dikenal sebagai seorang yang otodidak, tekun, cerdas dan brilian. Tidak ada seorang pun menafikkan kecerdasannya yang luar biasa, serta ditunjang dengan daya ingat yang kuat pula. Hingga menjadikan Ia seorang dokter, filsuf dan saintis terbesar Islam.[2] Ia mempelajari al-Quran dan sastra, sebelum berusia 10 tahun, dan diusia 10 tahun, ia hafal al-Quran.

Selain seorang dokter, filsuf, dan saintis, Ibnu Sina merupakan seorang penulis yang aktif di zaman keemasan peradaban Islam. Pada zaman ini, ilmuwan muslim banyak menterjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Iran, Yunani, dan India. Teks-teks Yunani dari zaman Plato, hingga zaman Aristoteles, secara intensif banyak deterjemahkan kemudian dikembangkan oleh para ilmuwan Islam. Hal ini terutama diawali oleh al-Kindi, yang kemudian mendirikan perguruan dalam rangka pengembangan hal tersebut.

Dizaman dinasti Samayid dibagian wilayah timur Persia yaitu Khurasan, serta dinasti Buyid pada bagian barat Persia, memberi suasana yang mendukung bagi perkembangan budaya dan keilmuan.
Ibnu Sina merupakan orang yang pertama kali menunjukkan peranan udara sebagai media menularnya penyakit, dalam bukunya Al-Qanun fi Al-Tibb (Buku Pedoman Kedokteran). Buku tersebut merupakan buku yang terluas dipergunakan oleh kalangan kedokteran, baik oleh kalangan Islam, maupun oleh kalangan Eropa, dimana buku tersebut diterjemahkan dalam terjemahan latin. Bahkan Roma mencetak buku aslinya yang berbahasa Arab pada tahun 1595 M. Buku tersebut memiliki pengaruh yang amat besar pada kalangan kedokteran di abad ke-16 M. Hingga buku itu masih dipergunakan sampai abad ke-19.[3]

Avicenna, Ibn Sina. Sumber: pinterest
Seperti yang telah diketahui, selain seorang dokter Ibnu Sina juga merupakan seorang Filusuf, salah satu  filsafat Ibnu Sina adalah membahas mengenai filsafat jiwa. Ia memberikan perhatian khusus terhadap pembahasan mengenai kejiwaan. Hingga keberhasilannya menjabarkan metode-metode dalam terapi jiwa. Secara praktis memberi kontribusi yang luarbiasa besar terhadap kemajuan sains Islam. Ia juga merupaka filusuf awal yang dapat dikatakan sebagai orang yang menjelaskan konsep jiwa secara detail dan komplit. Ia menjelaskan mengenai konsep Akal pertama yang dipancarkan oleh Tuhan, kemudian dari akal pertama ini memancakan akal kedua dan langit pertama, demikian seterusnya hingga mencapai akal yang kesepuluh dan bumi. Dari akal kesepuluh ini lah memancar segala apa yang terdapat di bumi yang berada di bawah bulan.[4]

Tidak sampai disitu, Ibnu Sina juga merupakan seorang yang ahli dalam bidang fisika yang berhubungan dengan benda-benda alam. Kajian yang dikemukaan oleh Ibnu Sina merupakan bersifat teori. Objeknya berupa benda dimana ia terdapat dalam perubahan, diam dan bergerak.[5]

Dia mengarang lebih dari 450 buku pada pokok besar bahasan mengenai filosofi dan kedokteran. George Sarton menyebut Ibnu Sina sebagai ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat dan waktu.[6]






[1] Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat : Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1995, hlm 17.
[2] Muhammad Nur Effendi, Cendikiawan Muslim: Pembina Tamadun, dan Kecemerlangan Umat, Jakarta: Perniagaan Jahabersa, 1997, Cet. I, hlm 152-153.
[3] S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern, hlm 47.
[4] Harun Nasution, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta, PT. Bulan Bintang, 1992, Cet. 3, hlm 70
[5] H.A. Mustofa, Filsafat Islam, Bandung, Pustaka Setia, 1997, Cet 1 hlm 197.
[6] Id.wikipedia, Ibnu Sina, diakses pada tanggal 11 Maret 2018


Subscribe untuk mendapatkan update terbaru dari kami:

0 Response to "Avicenna, Abu Ali Sina - Ibnu Sina"

Posting Komentar